Thursday, March 3, 2016

Terbujur kaku.

Magelang, 3 Maret 2016.

Sudah kuduga semua itu akan menyapa. tanpa terbata lantang berkata bersuara "bajingan pendidikan"
Aissh ... semua ini sudah terjadi. besok aku bukan aku yang sebelum tanggal 3. sebelum tanggal 3 semuanya berbeda, sebelum tanggal 3 semuanya berirama, tapi sesudah tanggal 3 tepat jam 10.30 WIB aku sudah bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang bebas pergi dan melakukan apapun sekehendak tumitku.

Ini sudah, dan akan berlalu pada masanya. ku ingiat sebuah nasehat "jika kita tak melakukan kegagalan maka kita tidak melakukan sesuatu".


Thursday, September 24, 2015

Bangga...

Kebanggan itu hadir dari sebuah usaha yang tidak lepas dari doa
Sedih bercampur bangga terhadap mereka
Tubuh kecil tapi mempunyai impian yang besar, mau dididik dan diajak untuk maju

Untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dalam tiga tahun mereka mendapatkan juara
Sebuah hasil yang sangat memukau
Menjadi sebuah kebanggan dan sesuatu yang bisa dibanggakan

Semua ini mengajarkan dan memaksa saya untuk belajar
Bahwasannya "Usaha tidak pernah berkhianat terhadap hasil"

Mengajarkan saya arti sebuah kemenangan
Dan hebatnya sebuah kebersamaan
Kebersamaan yang terbentuk dari ketulusan hati bukan dari segi materi

Saya bangga, sangat bangga menjadi salah satu dari pembimbing kalian...
The Tsalist, Semangat terus nak...


Tuesday, August 18, 2015

Sok Ilmiah

Jika filusuf Yunani dan banyak filusuf lainnya masih berspekulasi tentang asal mula dan masa depan kehidupan, maka filsafat dalam islam-yang bedasarkan wahyu-sudah memberikan ilmu yang jelas dan tidak spekulatif. Asal usul manusia sudah sangat jelas yaitu berasal dari keturunan adam a.s. Ketika manusia menolak informasi wahyu, maka secara otomatis, mereka akan berspekulasi. Malangnya, berspekulasi kemudian diberi nilai yang sangat tinggi, yaitu sedang "berfilsafat!!!"

Saya ingat akan nasehat Kiyai saya Ust Hasan Abdullah Sahal beliau berkata.

"Lebih baik kalian buta syariah tapi mempercayainya,
daripada kalian tidak mempercayai syariah, supaya dianggap ilmiah,...
itu salah!!!"

Sunday, August 16, 2015

Indonesia

17 Agustus 2015

Negri indah ini.
Merdekalah bukan hanya tekstual.
Tapi menurut presfektif kontekstual.

Terbanglah segagah "Garuda"...
jangan kau ragu akan awan yang menghadang.



Saturday, August 15, 2015

Imajinasi semu

Pikiran ini terlalu terbawa oleh imajinasi panjang yang tak berujung

Hati ini selalu berharap semuanya akan terjadi seperti apa yang ku bayangkan

Waktu-waktu sholatku selalu terganggu dengan imajinasimu yang menari-nari di dalam benak.

Ahh sudahlah...
Mungkin ini hanya khayal belaka, mungkin ini hanya fatamorgana
Setidaknya anda paham dan mengerti

Mungkin Aku terlalu pragmatis dalam bertutur ...

Larisnya Hermeneutika 2

Hermeneutika sebuah metedeologi interprestasi bibel yang dipaksakan dalam menafsirkam Al Qur'an mempunyai dampak yang besar pada umat islam secara umum, antaranya:

1. Relativisme Tafsir
Para penganut hermeneutika menganut paham relativisme tafsir. Mereka beranggapan bahwasannya tidak ada tafsir yang tetap. Semua tafsir dipandang produk akal manusia yang relatif, kontekstual, temporer, dan personal. Prof. Amin Abdullah (Rektor UIN Yogyakarta),beliau seorang aktivis hermeneutika, menggambarkan fungsi hermenutika sebagai berikut.

"Dengan sangat intensif hemenutika mencoba membongkar bahwa siapapun orangnya, kelompok apapun namanya, kalo masih pada level manusia pastilah "terbatas" pastilah "parsial-kontekstual" pemahamanya, serta "bisa saja keliru". hal ini tentu bersebrangan dengan keinginan egois manusia yang ingin "selalu benar"

Jika konsep hermenutika seperti yang dipaparkan oleh Amin abdullah diterapkan, jelas akan membongkar dasar-dasar islam. Dalam bidang tafsir misalnya, mereka akan katakan bahwa semua tafsir merupakan produk akal manusia, dan karena itu pasti sifatnya terbatas , "persial kontekstual" dan bisa saja "keliru".

Argumentasi seperti itu sangatlah tidak beralasan. Islam adalah agama yang satu dan sepanjang sejarah umat islam bersatu dalam banyak hal. Umat islam sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sekarang membaca syahadat dengan lafaz yang sama, sholat subuh dua rakaat, haji di daerah yang sama, puasa di bulan Ramadhan. Akal manusia jelas bisa menjangkau hal yang mutlak, yang tentu saja dalam batas-batas manusia. Artinya, akal manusia bisa meyakini kebenaran yang satu. Tidak benar akal manusia selalu berbeda dalam segala hal. Bahkan dalam menafsirkan Al Qur'an pun, para mufasir tidak pernah berbeda pendapat tentang kewajiaban sholat lima waktu, tidak berbeda dalam kewajiban shoum ramadhan, kewajiban zakat. Para mufasir tidak pernah berbeda dengan haramnya babi, haramnya zina, haramnya khomer, haramnya wanita muslimah menikah dengan laki-laki non muslim, dan sebagainya. para mufasirpun sepakat bahwasannya Nabi Muhammad saw adalah manusia, dan bukan tuhan, atau setengah tuhan.

Ada yang zhanni dan ada yang qoth'i dalam penafsiran Al Qur'an. itu semua sudah mafhum dalam islam. jadi tidak benar jika dikatakan bahwa semuanya adalah zhanni, semuanya adalah relatif. Bahkan ungkapan yang menyatakan bahwa "semuanya adalah relatif" adalah juga "relatif", sehingga ucapan itu sendiri bersifat relatif.

2. Curiga dan mencerca umat islam
Setelah mereka bersepekulasi tentang keotentikan Al Qur'an, mereka pun aktif dalam memberikan tuduhan-tuduhan negatif yang membabi buta kepada ulama-ulama klasik yang telah merumuskan metedeologi keilmuan islam. Seperti Imam Syafi'i mereka meragukan dan menganggap bahwasannya Imam Syafi'i hanyalah penghalang dan penghambat arus pemikiran metedeologi Islam.

Dalam buku Fiqh Lintas Agama yang diterbikan  oleh Paramadina dan The Asia Foundation, disebutkan.

"Kaum Muslim lebih suka terbuai dengan kerangkeng dan belenggu pemikiran fiqh yang dibuat Imam Syafi'i. Kita lupa, imam syafi'i memang arsitektur ushul fiqh yang sangat berlian, tapi karna Syafi'ilah pemikiran-pemikiran fiqh tidak berkembang selama kurang lebih dua belas abad. Sejak Syafi'i meletakan kerangka ushul fiqhnya, para pemikir fiqh muslim tidak mampu keluar dari jeratan metedeologinya. Hingga kini, rumusan Syafi'i itu diposisikan begitu agung , sehingga bukan saja tak tersentuh kritik, tapi juga lebih tinggi ketimbang nash-nash syar'i (Al Quran dan Al Hadis). Buktinya setiap penafsiran teks-teks selalu tunduk di bawah kerangka Syafi'i."

Jika imam syafi'i dikritik dan dicerca, perumus metedeologi pembaruan tafsir islam malahan mendapatkan respon positif dan pujian-pujian bertajuk ilmiah dari pendukung hermeneutika. kalo dicermati dari berbagai segi presfektif tulisannya, mereka bersikap sangat kritis terhadap Ulama-Ulama Islam, tetapi dengan sangat mudahnya mereka menjiplak dan men"taqlid" apa yang dikemukakan oleh para pemikir orientalis dan cendekiawan barat. Tanpa bersikap kritis dan spekulasi terhadap paparan dan argumen yang dikemukakan oleh paran orientalis dan cendikiawan barat. Dan dengan mudah mereka memaksakan paparan para orientalis tersebut diaplikasikan terhadap Al Quran.

Sebenarnya tidak begiru sulit untuk membaca arah para pendukung hermeneutika Al Qur'an, mereka sejatinya ingin mengubah Islam agar bisa disesuaikan dengan zaman modern. Mereka ingin "Islam yang baru", bukan Islam yang dipahami oleh paran sahabat, tabi'in, tabi'it tabi'in, dan generasi awal Islam yang berjasa meletakan pondasi keilmuan muslim yang kokoh dan tahan uji. Mereka hanya terjebak oleh arus metedeologi barat dalam studi agama-agama. Dan menolak metedeologi yang dirumuskan oleh ulama-ulama islam terdahulu. Tetapi malah memasukan unsur metedeologi asing yamg kadang sangat bertentangan dengan metode islam itu sendiri dalam menafsirkan Al Qur'an.

3. Dekontruksi Konsep Wahyu
Belum cukup dengan merelatifkan tafsir, serta menghina dan mencerca Agama. Sekarang para aktifis hermeneutika masuk kedalam posisi yang sangat rawan karena mereka menggugat keotentikan dan finalitas dari Al Qur'an yang "lafzhon wa ma'nan minallah"(lafaz dan ma'nanya dari Allah) . Mereka menganggap bahwasannya Al Qur'an produk budaya, dikarang oleh Nabi Muhamad, dan Al Qur'an dipandang sebagai sejarah masyarakat pada zamannya.

Bersambung...

Thursday, August 13, 2015

Larisnya Hermeneutika

Misi Orientalis di indonesia telah menunjukan kesuksesan, brangkat dari bukti bahwasannya metedeologi hermeneutika dijadikan dan ditetapkan sebagai mata kuliah wajib pada bidang "tafsir dan hadis" di sebagian besar Universitas Islam Negeri, dan dapat dikatakan sebagai madzhab resmi kampus mereka.

Yang mana semua ini jelas-jelas menyerang kesucian dan keotentikan Al-Qur'an. tidaklah patut, sarjana syariah yang justru aktivitasnya menghancurjan pondai syariah yang telah lama dibangun oleh para ulama-ulama salaf.

Al Qur'an bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW melainkan produk budaya (muntaj saqofi) dan meraka beranggapan bahwasannya tafsir yang selama ini digunakan sudah tidak layak lagi untuk diterapkan. Karena menyebabkan kemerosotan umat islam dalam segi ekonomi, politik, moral, dan budaya.

Penetapan Hermeneutika sebagai mata kuliah wajib di jurusan tafsir hadis itu sebenarnya merupakan masalah yang sangat serius dalam pemikiran dan studi islam di Indonesia, kini dan masa mendatang. Sebab ini sudah menyangkut cara mentafsirkan Al Quran. meskipun teksnya tidak diubah, tetapi jika cara mentafsirkannya sudah dirubah, maka produk tafsirnya juga akan berbeda. dengan Hermeneutika, bisa mengeluarkan produk hukum yang menyatakan wanita boleh menikah dengan laki-laki non muslim, khomer menjadi halal, laki-laki mempunyai massa iddah seperti perempuan, atau wanita mempunyai hak talak seperti laki-laki, atau perkawinan homoseksual, lesbian menjadi halal. semua perubahan itu bisa dilakukan dengan mengatasnamakan "tafsir kontekstual" yang dianggap sejalan dengan perkembangan zaman ini.

Dengan menggunakan teori "hemeneutika tauhid", Prof. Amina Wadud, telah memimpin sholat jumat di sebuah katedral di AS, dengan barisan makmum laki-laki dan perempuan yang bercampur aduk. sang muadzin pun wanita, tak mengngenakan jilbab saat melaksanakan sholat. Maka pengunaan hermeneutika dalam menafsirkan Al Qur'an merupakan cara yang sangat strategis, sistematis, produktif, dan mendasar dalam meliberalkan Islam.

Umat Islam telah mempunyai ilmu Tafsir, sebagai salah satu khazanah klasik umat islam yang sangat berharga, sebagaimana seperti ilmu hadis, ilmu fiqh. ilmu tauhid, ilmu ushulul fiqh, ilmu nahwu, shorf dll, ilmu-ilmu dalam islam tesebut lahir dari Al Qur'an dan As sunah, sebab islam memang agama wahyu yang mendasarkan ajaran-ajarannya pada wahyu, dan bukan pada spekulasi  atau evolusi sejarah, seperti dalam tradisi peradaban barat.

Hal yang mendasari mereka memaksakan metedeologi hermenutika diterapkan dalam Al Qur'an adalah mereka beranggapan bahwasannya terdapat kesamaan dalam spekulasi antara Al Qur'an dan Bibel, sehingga mereka menganggap bahwasannya Al Qur,an seperti Bibel. Tentu saja konsep yang mereka paparkan jelas tidak Cermat, karana dalam kalangan kristen seperti Dr.C. Gronen, banyak yang sadar akan perbedaan antara Al Qur'an dengan Bibel. Al Qur'an bukan kitab yang mendapatkan inspirasi dari tuhan sebagaimana dalam konsep Bibel, tetapi Al Qur'an adalah kitab yang tanzil, lafzhan wa ma'nan (lafaz dan maknanya) dari Allah. Konsep ini berbeda dengan konsep teks dalam bibel, yang merupakan teks yang ditulis manusia yang mendapat inspirasi dari roh kudus.

Karena sifat Bibel sebagai "teks manusiawi" maka bibel memungkinkan menerima berbagai metode penafsiran hermeneutika, dan menempatkannya sebagai bagian dari dinamika sejarah. ini berbeda dengan sifat teks Al Qur'an yang otentik dan final jauh dari kata relatif, sehingga islam memang bukan bagian dari dinamika sejarah. Islam sudah sempurna dari awal (Al Ma'idah: 3). Islam tidak berubah dengan sejalan perkembangan sejarah. sejak zaman Nabi Muhammad saw, memahami tuhan (Allah), menngucapkan syahadat, mengerjakan sholat. zakat, puasa, haji, dan ibadah lainnya dengan tutorial yang sama. Karakter Islam ini sangat berbeda dengan sifat dasar Kristen, Yahudi, Budha. Hindu, dan agama-agama lainnya, yang berubah-ubah menurut kondisi waktu dan tempat.

Tehadap hermenutika, Vatikan sendiri sudah menentukan sikap. secara umum hermenutika telah diterima kaum khatolik sebagai metode resmi dalam interprestasi Bibel. karena mereka memang membutuhkan hermenutika untuk penafsiran Bibel. Para hemenutis dapat menelah secara kritis makna teks bibel, - yang mana memang teks manusiawi-mencakup kondisi penulis Bibel, kondisi historis, dan makna literal suatu teks Bibel. Perbedaan realitas teks antara teks Al Quran dan teks Bibel juga membawa konsekuensi adanya perbedaan dalam metedeologi penafsiran.

bersambung...
kita banyak berdoa yaa biar Allah SWT selalu menjaga hati dan akidah kita...aamieen