Thursday, August 13, 2015

Larisnya Hermeneutika

Misi Orientalis di indonesia telah menunjukan kesuksesan, brangkat dari bukti bahwasannya metedeologi hermeneutika dijadikan dan ditetapkan sebagai mata kuliah wajib pada bidang "tafsir dan hadis" di sebagian besar Universitas Islam Negeri, dan dapat dikatakan sebagai madzhab resmi kampus mereka.

Yang mana semua ini jelas-jelas menyerang kesucian dan keotentikan Al-Qur'an. tidaklah patut, sarjana syariah yang justru aktivitasnya menghancurjan pondai syariah yang telah lama dibangun oleh para ulama-ulama salaf.

Al Qur'an bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW melainkan produk budaya (muntaj saqofi) dan meraka beranggapan bahwasannya tafsir yang selama ini digunakan sudah tidak layak lagi untuk diterapkan. Karena menyebabkan kemerosotan umat islam dalam segi ekonomi, politik, moral, dan budaya.

Penetapan Hermeneutika sebagai mata kuliah wajib di jurusan tafsir hadis itu sebenarnya merupakan masalah yang sangat serius dalam pemikiran dan studi islam di Indonesia, kini dan masa mendatang. Sebab ini sudah menyangkut cara mentafsirkan Al Quran. meskipun teksnya tidak diubah, tetapi jika cara mentafsirkannya sudah dirubah, maka produk tafsirnya juga akan berbeda. dengan Hermeneutika, bisa mengeluarkan produk hukum yang menyatakan wanita boleh menikah dengan laki-laki non muslim, khomer menjadi halal, laki-laki mempunyai massa iddah seperti perempuan, atau wanita mempunyai hak talak seperti laki-laki, atau perkawinan homoseksual, lesbian menjadi halal. semua perubahan itu bisa dilakukan dengan mengatasnamakan "tafsir kontekstual" yang dianggap sejalan dengan perkembangan zaman ini.

Dengan menggunakan teori "hemeneutika tauhid", Prof. Amina Wadud, telah memimpin sholat jumat di sebuah katedral di AS, dengan barisan makmum laki-laki dan perempuan yang bercampur aduk. sang muadzin pun wanita, tak mengngenakan jilbab saat melaksanakan sholat. Maka pengunaan hermeneutika dalam menafsirkan Al Qur'an merupakan cara yang sangat strategis, sistematis, produktif, dan mendasar dalam meliberalkan Islam.

Umat Islam telah mempunyai ilmu Tafsir, sebagai salah satu khazanah klasik umat islam yang sangat berharga, sebagaimana seperti ilmu hadis, ilmu fiqh. ilmu tauhid, ilmu ushulul fiqh, ilmu nahwu, shorf dll, ilmu-ilmu dalam islam tesebut lahir dari Al Qur'an dan As sunah, sebab islam memang agama wahyu yang mendasarkan ajaran-ajarannya pada wahyu, dan bukan pada spekulasi  atau evolusi sejarah, seperti dalam tradisi peradaban barat.

Hal yang mendasari mereka memaksakan metedeologi hermenutika diterapkan dalam Al Qur'an adalah mereka beranggapan bahwasannya terdapat kesamaan dalam spekulasi antara Al Qur'an dan Bibel, sehingga mereka menganggap bahwasannya Al Qur,an seperti Bibel. Tentu saja konsep yang mereka paparkan jelas tidak Cermat, karana dalam kalangan kristen seperti Dr.C. Gronen, banyak yang sadar akan perbedaan antara Al Qur'an dengan Bibel. Al Qur'an bukan kitab yang mendapatkan inspirasi dari tuhan sebagaimana dalam konsep Bibel, tetapi Al Qur'an adalah kitab yang tanzil, lafzhan wa ma'nan (lafaz dan maknanya) dari Allah. Konsep ini berbeda dengan konsep teks dalam bibel, yang merupakan teks yang ditulis manusia yang mendapat inspirasi dari roh kudus.

Karena sifat Bibel sebagai "teks manusiawi" maka bibel memungkinkan menerima berbagai metode penafsiran hermeneutika, dan menempatkannya sebagai bagian dari dinamika sejarah. ini berbeda dengan sifat teks Al Qur'an yang otentik dan final jauh dari kata relatif, sehingga islam memang bukan bagian dari dinamika sejarah. Islam sudah sempurna dari awal (Al Ma'idah: 3). Islam tidak berubah dengan sejalan perkembangan sejarah. sejak zaman Nabi Muhammad saw, memahami tuhan (Allah), menngucapkan syahadat, mengerjakan sholat. zakat, puasa, haji, dan ibadah lainnya dengan tutorial yang sama. Karakter Islam ini sangat berbeda dengan sifat dasar Kristen, Yahudi, Budha. Hindu, dan agama-agama lainnya, yang berubah-ubah menurut kondisi waktu dan tempat.

Tehadap hermenutika, Vatikan sendiri sudah menentukan sikap. secara umum hermenutika telah diterima kaum khatolik sebagai metode resmi dalam interprestasi Bibel. karena mereka memang membutuhkan hermenutika untuk penafsiran Bibel. Para hemenutis dapat menelah secara kritis makna teks bibel, - yang mana memang teks manusiawi-mencakup kondisi penulis Bibel, kondisi historis, dan makna literal suatu teks Bibel. Perbedaan realitas teks antara teks Al Quran dan teks Bibel juga membawa konsekuensi adanya perbedaan dalam metedeologi penafsiran.

bersambung...
kita banyak berdoa yaa biar Allah SWT selalu menjaga hati dan akidah kita...aamieen



No comments:

Post a Comment